Jakarta - Titimangsa Foundation sebagai yayasan nirlaba di bidang budaya didirikan oleh Happy Salma sejak 2007 silam. Sampai sekarang Titimangsa Foundation kerap mengadaptasi karya sastra menjadi bentuk pertunjukan teater.
Sederet karya sastra pernah diadaptasi, di antaranya adalah novel Ahmad Tohari 'Ronggeng Dukuh Paruk' (2009), 'Monolog Inggit' (2011) dari roman 'Kuantar ke Gerbang' karya Ramadhan KH hingga yang teranyar 'Bunga Penutup Abad' dari novel karya Pramoedya Ananta Toer'.
Produser sekaligus pendiri Titimangsa Foundation, Happy Salma, mengaku di pertunjukan 'Nyanyi Sunyi Revolusi', ia dan timnya puas dengan adaptasi kali ini.
"Selama ini Titimangsa Foundation banyak mengangkat atau mengalihwahanakan karya sastra yang ada di tanah Jawa, dari Jawa Tengah dan Jawa Barat, jadi 'Nyanyi Sunyi Revolusi' jadi salah satu impian yang terwujud," ujarnya di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) usai media preview 'Nyanyi Sunyi Revolusi'.
'Nyanyi Sunyi Revolusi' yang menceritakan sosok Amir Hamzah itu mengangkat unsur tradisional Melayu yang kuat. Dialek Melayu dari Langkat hingga set artistik di atas panggung, benar-benar diadaptasi sesuai era kehidupan Amir Hamzah.
"Saya secara pribadi merasa puas itu bisa terlaksana dan bisa diwakilkan oleh teman-teman," katanya.
Untuk menyiapkan pementasan yang berdurasi 2 jam lamanya, Happy Salma dan tim membutuhkan waktu selama 2,5 tahun lamanya dan intens latihan sejak Oktober lalu. 'Nyanyi Sunyi Revolusi' dipentaskan akhir pekan ini pada 2-3 Februari 2019 pukul 20.00 WIB di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta Pusat.
0 Komentar